Kemarau yang tiba
di ladang bangsa
mengering segala
hijau rasa
dalam tunas bahasaku
yang masih setia
menjejak langkah
yang ditinggalkan
pada musim bunga bangga
ketika menyubur segar
Dalam kemarau itu
bahasaku tetap gagah melangkah
sambil membawa bejana perjuangan
dari perigi akar bangsa
yang telah zaman-berzaman
membasah rongga bicarabangsaku yang satu
Bagi bahasaku
perjalanan ini perlu diteruskan
walaupun bakal kudrat
cuma sebejana cita
ketika merentas gurun gusar
yang dipenuhi debu pemodenan
dengan angin globalisasi
meniup segenap penjuru pembangunan
Sesekali bahasaku tersungkur
apabila langkah martabat
tersandung akar malu
tentang yakin bahasaku
masih belum mampu
membawa arah tuju bangsaku yang satu
Tetapi bahasaku tidak resah
pada setiap waktu pasrah k
erana bahasaku adalah aku
dari bangsa yang satu
Nah, bahasaku masih basah di bibir yang rekah!
Isnin, 25 Januari 2010
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan